https://harianrakyatbanten.com

 

Ilustrasi

Jakarta,- Para ahli dari berbagai belahan dunia membeberkan taktik bagaimana mengurangi risiko transmisi virus antara hewan dan manusia, yang merupakan asal muasal dari hampir seluruh pandemik.


London / Jakarta (12 Oktober 2023): Banyak negara di dunia sudah menghapuskan ancaman pandemik dari prioritas mereka, meski pada kenyataannya penyebaran penyakit menular antara hewan ke manusia masih meningkat. Guna menghentikan pengabaian salah satu ancaman terbesar bagi kemanusiaan ini, The Lancet dan Koalisi Untuk Mencegah Wabah Virus pada Sumbernya, membentuk sebuah komisi.


Komisi yang bernama The Lancet-Preventing Pandemics at the Source Commission on Prevention of Viral Spillover akan meneliti dan menyediakan panduan bagi kebijakan, praktik, riset dan perundang-undangan untuk mengatasi ancaman wabah virus menular dan mengurangi risiko terjadinya pandemi di masa mendatang. Komisi ini merupakan lembaga para ahli yang paling ambisius, beragam dan global yang berdedikasi untuk mengatasi masalah yang saat ini kurang diperhatikan dan kurang didanai.


“Sebagian besar upaya pencegahan pandemi berfokus pada membatasi wabah penyakit melalui perlengkapan perlindungan pribadi, vaksin dan lain-lain,” ujar Sonila Cook, co-founder lembaga ini dan CEO Dalberg Catalyst. “Komisi ini justru berfokus pada mencegah wabah penyakit tidak pernah terjadi, ini lebih patut, murah dan memberi banyak keuntungan bagi manusia dan bumi. Melalui kerja komisi ini, kita akan lebih siap untuk mencegah krisis berikutnya terjadi dibanding bereaksi saat krisis itu sudah datang.”


Pekerjaan ini memerlukan konvergensi dan kolaborasi di berbagai bidang –kesehatan, ekologi, konservasi, ilmu kedokteran hewan dan pengetahuan tradisional masyarakat adat. Tujuan komisi ini menarik perhatian dunia terhadap topik ini dan menghasilkan laporan penting mengenai pencegahan wabah menular dalam jangka waktu dua atau tiga tahun ke depan.


Dipimpin oleh tiga orang, komisi ini terdiri dari 28 ahli dari berbagai disiplin ilmu, termasuk epidemiologi, mikrobiologi, ekologi, kedokteran, kedokteran hewan, pengelolaan  sistem pangan, antropologi, perilaku, kebijakan ekonomi, dan bekerja dengan sistem pengetahuan masyarakat adat. Dengan keseimbangan gender dan kawasan global utara dan selatan, anggota komisi ini akan menjaga fokus kesetaraan dalam mengerjakan strategi pencegahan.


Berbagai penelitian menunjukkan bahwa penyebaran patogen diperburuk oleh perilaku peternakan, perdagangan dan perburuan satwa liar, serta perubahan guna lahan seperti perusakan hutan. Perubahan iklim juga mengurangi habitat, memaksa hewan migrasi ke tempat baru, membuka peluang bagi patogen untuk memasuki inang barunya.


Hanya saja hingga saat ini masih sedikit upaya yang dilakukan untuk menyusun rencana aksi global yang fokus pada bagaimana mencegah efek domino penyebab epidemi regional atau pandemi. Komisi ini akan melakukan riset dan menggunakan ilmu pengetahuan paling mutakhir serta contoh-contoh di lapangan bagaimana langkah pencegahan penyebaran wabah bisa berpadu dengan faktor lain –seperti ketahanan pangan dan kesehatan– untuk mencegah pandemi.



“Asal mula hampir semua epidemi yang terjadi belakangan ini sudah jelas: dari satwa liar,” ujar Dr. Raina Plowright, Profesor dari Universitas Cornell yang juga salah satu pimpinan komisi. “Hanya saja, pencegahan penyebaran adalah topik yang kurang dicermati dan kurang diperhatikan oleh banyak institusi besar yang bekerja di bidang kesehatan publik. Komisi kami akan meningkatkan pemahaman terhadap ancaman penyakit. Kita perlu untuk menyoroti masalah ini dan kemudian menyediakan strategi untuk mengatasinya.”


Komisi akan bekerja berdasarkan masukan dari berbagai ahli untuk mencapai beberapa tujuan:


-       Melakukan evaluasi dan memadukan bukti penyebab-penyebab penyebaran virus.


-       Mengidentifikasi dan mengevaluasi strategi dan intervensi demi mencegah penyebaran virus.


-       Menyediakan rekomendasi bagi riset dan investigasi terkait penyebaran virus.


-       Meneliti keuntungan-keuntungan yang adil dari pencegahan penyebaran virus.


-       Meneliti keuntungan tambahan dan untung-rugi dari pencegahan penyebaran virus.


-       Mengidentifikasi hambatan sosial, ekonomi dan politik, serta kesempatan untuk implementasi pencegahan penyebaran virus.


-       Menyusun rekomendasi untuk pencegahan penyebaran virus yang bisa diadopsi dan diadaptasi oleh pemerintah dan seluruh pemangku kepentingan.


“Banyak negara kesulitan untuk mengatasi pertentangan antara pembangunan ekonomi dan menjaga pasokan pangan yang terjangkau bagi populasi yang terus bertambah, sambil dalam waktu bersamaan menjaga kesehatan penduduk pedesaan,” kata Dr. Latiffah Hassan, salah satu ketua bersama komisi dan Profesor di Fakultas Kedokteran Hewan Universiti Putra Malaysia. “Masyarakat inilah yang punya risiko terbesar dari ancaman pandemi. Seperti semua orang di dunia, mereka mempunyai hak atas layanan kesehatan yang layak. Melakukan pencegahan akan melindungi semua orang di mana pun mereka berada.”


Komisi ini akan menganalisa bukti dan strategi pencegahan termasuk yang telah ada, seperti:


-       Menghentikan deforestasi dan degradasi hutan, khususnya di hutan tropis dan subtropis;


-       Meningkatkan kesehatan hewan domestik, memperkuat perawatan hewan dan keamanan hayati di peternakan;


-       Memastikan bahwa risiko dari perdagangan dan konsumsi satwa liar – yang merupakan sumber protein dan pendapatan penting bagi sebagian masyarakat – bisa diatasi;


-       Meningkatkan pelayanan kesehatan dasar dan mata pencaharian alternatif bagi masyarakat yang tinggal dekat dengan satwa liar;


-       Dan meningkatkan pengawasan terpadu terhadap virus zoonosis dalam hal kontak antara manusia, hewan peliharaan, dan satwa liar.


Perkiraan anggaran untuk persiapan menghadapi pandemi yang efektif bervariasi, Bank Dunia dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan dibutuhkan biaya sebesar $41,6 miliar per tahun. Sebaliknya, perkiraan dampak ekonomi dari pandemi COVID-19 tahun pertama saja memerlukan biaya lebih dari US$2 triliun, setara dengan penurunan PDB global sebesar 3,4%.



“Mencegah pandemi jauh lebih murah dibandingkan merespons pandemi, dan akan menyelamatkan banyak nyawa,” kata salah satu pimpinan komisi, Dr. Neil Vora. “Mengherankan, sepertinya para pemimpin global sudah mulai melupakan pelajaran buruk dari pandemi COVID-19. Kita sangat membutuhkan sumber daya khusus untuk mencegah penyebaran patogen, seperti sumber pendanaan internasional yang didedikasikan untuk melindungi hutan tropis. Taruhannya terlalu besar bagi dunia untuk menerapkan solusi yang tidak lengkap terhadap pandemi. Kita memerlukan investasi, baik dalam upaya pencegahan pandemi maupun upaya respons.”


Komisi ini menekankan pentingnya para ahli ilmu pengetahuan dan kebudayaan yang berasal dari kawasan Selatan, termasuk faktor ketimpangan.


“Banyak orang berperilaku pandemi Covid-19 tidak pernah terjadi –dan tidak memetik pelajaran dari peristiwa itu,” ujar Dr. Nigel Sizer, anggota komisi dan Direktur Eksekutif Preventing Pandemics at the Source. “Komisi ini akan membantu melindungi semua orang dari pandemi dengan melakukan evaluasi ilmu pengetahuan, menyusun intervensi, dan menyediakan peta jalan dan panduan aksi kepada para pengambil kebijakan.”

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.