https://harianrakyatbanten.com


Cilegon, - emuda Purwakarta menilai Wali Kota Cilegon Helldy Agustian telah menghianati janji politik tentang mendukung madrasah jika merealisasikan SMP Negeri 12 Cilegon di Kelurahan Pabean, Kecamatan Purwakarta Kota Cilegon.

Hal ini diungkapkan Ferdiyan dalam status facebooknya. Ferdiyan yang kini sedang menempuh pendidikan di Negara Inggris merasa kecewa dengan kebijakan Wali Kota Helldy yang berencana membangun SMPN 12 yang menumpang di SDN Pabean.

Bukan hanya itu saja, pembangunan SMPN 12 itu pun berjarak beberapa meter saja dari MTs Al-Khairiyah Karangtengah . Ferdiyan menyebut lembaga pendidikan swasta, terlebih lagi madrasah, tidak diperhitungkan sama sekali dalam kebijakan pembangunan, apalagi ingin membantu keberlangsungannya. 

“Narasi politik Helldy Agustian yang mendukung madrasah dan guru honorer adalah omong kosong jika dalam tataran kebijakan saja tidak bijak dan bajik,” tulis Ferdiyan.

Rencana pendirian SMPN 12 sebenarnya bukan hal yang baru. Ferdiyan menilai bentuk “jualan politik” Wali Kota yang baru terpilih dan menjadi program yang dikebut.

“Jualan yang tidak layak dibeli sebenarnya. Hanya bermodalkan hitung-hitungan jumlah sekolah dasar sekian, jumlah SMP Negeri sekian, dan ya, binggo, kita butuh SMPN 12,” tulis Ferdiyan.

Ferdiyan juga mempertanyakan ungkapan Kepala Dinas Pendidikan Kota Cilegon Ismatullah di media, bahwa ini bagian dari mimpi masyarakat Purwakarta untuk punya SMPN akan segera terwujud.

“Sebentar, ini mimpi siapa? Adakah researchyang holistik yang klaim ini? Siapa respondennya? Kapan research dilakukan? Jika tidak ada data analisisnya, maka klaim yang tidak bertanggungjawab,” ungkap Ferdiyan.

Ferdiyan merasah geram dengan logikan dan pembangunan pemerintah. Padahal setiap kampanye politik, hampir setiap calon Wali Kota mengkampanyekan isu-isu pendidikan, madrasah, guru honorer, pentingnya pondik pesantren sambil mengidentifikasikan dirinya sebagai orang religius. 

“Namun, secara kebijakan apakah suda pro akan lumbung terbentuknya ulama dan santri yakni madrasah dan pondok pesantren?” tulis Ferdiyan yang sangat menohok itu.

Sementara itu Mahasiswa STIT Al-khairiyah Rahmatullah Safrai juga menilai pembangunan SMPN 12 Cilegon terkesan terburu-buru sebelum fasilitas gedung terpenuhi. Keberadaan SMPN 12 yang menumpang di SDN Pabean bukan tempat yang cocok dan harus dikaji ulang.

“Lebih baik gelar uji publik antara Wali Kota Cilegon, Dinas Pendidikan dan Anggota DPRD Dapil Purwakarta-Jombang untuk duduk bareng. Hadirkan semua Kepala Sekolah dan Madrasah, ustad, ulama, tokoh masyarakat yang ada di Purwakarta. Kaji bersama untuk mendapatkan solusinya,” kata Rahmat yang dikirim melalui pesan whatsapps.

Rahma Penulis novel dan bloger itu pun menilai wajar jika ada penolakan dari masyarakat. Selama ini bantuan untuk sekolah dan madrasah tidak mendapatkan perhatian dari pemerintah, berbeda dengan sekolah negeri yang begitu istimewah dengan kucuran dana besar.

“Kita kaji juga sejarah dan budaya yang terbentuk di Purwakarta. MTs Al-khairiyah Karangtengah, MTs Nasrul Ulum Pasar Bunder dan SMP Tunas Bangsa memiliki jasa yang besar terhadap pendidikan di Purwakarta,” kata Rahmat yang lahir dan besar di Purwakarta.

Mahasiswa Pendidikan Agama Islam ini juga mengungkapkan, Pemerintah seharunya lebih serius memperhatikan sekolah dan madrasah swasta dengan memberikan bantuan biaya oprasional guna meningkatkan mutu pendidikan. 

“Ini seperti tidak ada konsep jelas terhadap pembangunan pendidikan di Kota Cilegon. Ketika sekolah dan madrasah swasta seperti anak tiri yang hidup mandiri untuk oprasional sehari-hari, pemerintah dengan gampangnya membangun sekolah negeri yang siap disokong dana besar. Terang, tidak ada keadilan pendidikan di Kota Cilegon,” kata Rahmat. 

Rahmat berpesan, jika Wali Kota ingin meningkatkan mutu pendidikan di Kecamatan Purwakarta, sebaiknya bantu perbaikan gedung-gedung sekolah dan madrasah yang sudah banyak yang rusak dan tingkatkan fasilitas pendukungnya, itu saja cukup tanpa kehadiran SMPN 12.

“Mana janji politik Helldy saat kampanye yang mendukung Madrasah dan Pondok Pesantren? Belum seratus hari saja sudah bisa pelan-pelan menenggelamkan eksistensi madrasah swasta,” sindir Rahmat.(pram)

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.